Website Desa Muara Pantuan

Pusat informasi dan layanan digital masyarakat desa.

Berita Desa

Belum ada berita terbaru.

Pengumuman Desa

Belum ada pengumuman tersedia.

Agenda Kegiatan

Kegiatan Tanggal Jam Tempat
Belum ada agenda kegiatan.

Sejarah Desa Muara Pantuan

Desa Muara Pantuan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Desa Muara Pantuan memiliki wilayah seluas 51.332 Ha yang terbagi atas wilayah konservasi darat sebesar 28.027 Ha dan luas wilayah konservasi perairan/laut sebesar 13.851 Ha. Sedangkan wilayah pemukiman penduduk hanya seluas 119 Ha. (Musfaring et al., 2018). 

Desa Muara Pantuan memiliki Desa Muara PantuanPada mulanya, Desa Muara Pantuan seringkali dikenal dengan sebutan “Desa Murah Bantuan”. Pemberian sebutan tersebut dilatarbelakangi karena banyaknya pedagang dari Sulawesi yang membutuhkan pertolongan saat singgah dan mendapatkan bantuan dari masyarakat desa. Kemudian, sebutan “Desa Murah Bantuan” tergantikan oleh penyebutan “Desa Muara Pantuan”. Asal-usul nama Desa Muara Pantuan sendiri diduga berasal dari nama tempat yang menggambarkan lokasinya. "Muara" mengacu pada muara sungai atau sungai besar, sementara "Pantuan" mungkin memiliki arti khusus yang terkait dengan sejarah atau budaya setempat. Penduduk asli desa Muara Pantuan diyakini telah menetap di wilayah ini sejak zaman penjajahan kolonial Belanda. Mereka hidup dari hasil perkebunan jagung dan kelapa. Namun, seiring berjalannya waktu lahan perkebunan tersebut tergusur dan terkikis oleh ombak pasang sehingga masyarakat pun mulai beralih pada usaha tambak sekitar tahun 1975-an. Awalnya usaha perikanan tambak di desa Muara Pantuan dipelopori oleh pendatang dari Sulawesi Selatan yang mencari lokasi lahan untuk dijadikan tambak udang. Tanpa disadari, tambak yang dibangun berhasil memberikan panen udang yang melimpah.

Keberhasilan pendatang yang bertambak udang di Desa Muara Pantuan tersebut banyak diikuti oleh orang lain. Oleh karena itu, pada tahun 1980-an usaha budidaya udang di tambak mulai marak dan berkembang. Beberapa tahun kemudian, Desa Muara Pantuan mulai mengalami perkembangan sosial dan budaya yang diwarnai oleh berbagai interaksi dengan masyarakat sekitar. Pada Tahun 2000, sebutan ‘Petinggi Desa’ dalam sistem kepemimpinan Desa Muara Pantuan tidak lagi digunakan dan berganti nama menjadi ‘Kepala Desa’.